Welcome To http://www.cerminan hati al-insan.blogspot.com/ Semoga Bermanfaat.

Sabtu, 05 Mei 2012

Distosia Kelainan Tenaga/His Hipertonik

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan jalan lahir lunak seperti vulva, vagina, serviks dan uterus. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Distosia Kelainan Tenaga / His Hipertonik
Distosia adalah kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancran persalinan.
His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot diluar his yang biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus).

Partus presipitatus dapat mengakibatkan
kemungkinan :
a. Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
b. Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam persalinan.
c. Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan dan inversio uteri.
Tetania uteri juga menyebabkan asfeksia intra uterine sampai kematian janin dalam rahim. Bahaya bagi ibu adalah terjadinya perlukan yang luas pada jalan lahir, khususnya serviks uteri, vagina dan perineum. Bahaya bagi bayi adalah terjadi perdarahan dalam tengkorak karena mengalami tekanan kuat dalam waktu singkat. 3. His Yang Tidak Terkordinasi Adalah his yang berubah-ubah. His jenis ini disebut Ancoordinat Hypertonic Urine Contraction. Tonus otot meningkat diluar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
                              
B.    Etiologi
1.    Usi dan paritas
Keadaan ini terutama merupakan keadaan pada primigravida. Sekitar 95 % dari kasdus-kasus berat terjadi dalam persalinan pertama, dan uterus hamper selalu lebih efisien pada kehamilan berikutnya. Insidensi pada primigravida lanjut usia hanya sedikit lebih tinggi dibandingkan pada wanita muda.
2.    Kondisi emosi dan kejiwaan
Kita tidak tahu bagaimana masalah kejiwaan dan emosi dalam bekerja menyebabkan atau memperburuk inkoordinasi uterus dalam persalinan. Dikatakan bahwa rasa takut meningkatkan tegangan pada segmen bawah uterus. Akan tetapi, ada wanita tenang yang mengalami persalinan sulit dan ada wanita yang amat emosional yang melahirtkan dengan mudah. Kebanyakan kelainan berat pada system saraf pusat tidak memberikan pengaruh yang merugikan pada persalinan.
3.    Kelainan uterus
Sementara sebagian dokter mengagap bahwa overdistensi, vibroid, dan jaringan parut pada uterus menjadi presdiposisi timbiulnya kontarkasi uterus yang jelek, dokter-dokter lainnya menolak anggapan tersebut. Yang pasti, kelainan congenital uterus, uterus yang fungsiny tidak lengkap atau uterus bikornis akan mengganggu persalinan.
4.    Pecahnya ketuban
Pecahnya ketuban dalam kondisi yang tepat akan merangsang uterus untuk berkontraksi lebih baik dan mempercepat kemajuan persalinan. Akan tetapi, ketuban yang pecah sebelum serviks mendatar m,asih keras, tebal, dan tertutup tentu menghasilkan persalinan yang lama dan tidak efisien.
5.    Gangguan mekanis dalam hubungan janin dengan jalan lahir
Bagian terendah yang menempel baik pada serviks dan segmen pada uterus pada kala I persalinan dan dengan vagina serta perineum pada kala II akan menghasilkan rangsangan reflex yang baik pada myometrium. Segala sesuatu yang menghalangi hubungan baiak ini akan menyebabkan kegagalan reflex tersebut, dan akaibatnya timbulah kontraksi yang jelek. Hubungan antara posisi p[osterior, sikap ekstensi dan posisi melintang yang macet (transverse arrest) dengan kerja urterus yang salah telah diketahui dengan baik. Mal posisi menyebabkan gangguan uterus, dan jika keadaan ini bias diperbaiki, meka kontraksi kerap kali menjadi lebih baik. Penurunan yang lambat dan pembebtujan bawah uterus tidak lengkap merupakan tanda dini inkoordinasi rahim. Disp[orsisi cephalopelvic dalam derajat yang ringan menjadi predisposisi timbuknya kerja uterus yang tidak koordinasi atau his hipertonik.
6.    Iritasi uterus
Rangsangan yang tidak tepat pada uterus oleh obat-obatan batau oleh tindakan maniipulasi intrauterine dapat mengakibatkan his hipertonik (oksitosin yang berlebihan).
                                                                                                                           
C.    Penatalaksanaan                         
1.    Pencegahan
•    Perasaan takut diatasi dengan perawatan prenatal yang baik.
•    Analgesic digunakan kalu perlu untuk mencegah hilangnya pengendalian.
•    Sedasi berat diberikan pada persalinan palsu agar pasien tidak kelelahan ketika benar-benar menjalani persalinan yang sesungguhnya.
2.    Penanganan
a.    Tindakan umum
•    Semangat pasien harus diutamakan
Dalam menghadapi persalinan lama oleh sebab apapun, keadaan wanita yang bersangkutan harus diawasi dengan seksama. Tekanan darah diukur tiap 4 jam dan pemeriksaan ini dilakukan lebih sering apabila ada gajala preeklamsia
•    DJJ dicatat setiap setengah jam dalam kala 1 dan lebih sering dalam kala II
•    Kemungkinan dehidrasi dan asidosis harus mendapat perhatian spenuhnya. Karena ada persalinan lama selalu ada kemungkinan untuk melakukan tindakan pembedahan dengan narcosis, hendakanya klien jangan diberi makanan biasa.. melainkan dlam bentuk cairan. Sebaiknya diberikan infuse larutan glukosa 5% dan NaCl Isotonik scara intravena cseara berganti-ganti.
•    Kandung kemih dan usus dikosongkan bila perlu
•    Pemeriksaan dalam perlu dilakukan , akan teteapi harus selalu disadarai bahwa tiap pemeriksaan dalam mengandung bahaya infeksi.
b.    Sedasi dan Analgesi
Meskipun sedasi dengan jumlah yang berlebihan dapat merintangi kontraksi uterus, penggunaan sedsai yang tepat tidak akan mengganggu persalinan yang sebenrnya. Pasien memerlukan sedasi untuk menurunkan kecemasnnya dan memerlukan analgesi untuk mengurangi rasa nyeri. Untuk mengurangi rsasa neyri dapat diberi pethidin 50 Mg yang dapat diulangi, pada permulaan kala I dapat diberi 10 MmHg morvin acapkali sedasi dan istirahat dapat mengubah persalian yang buruk emnjadi persalinan yang lebih baik. Analgesic epidural lumbalis yang continue kerap kali efektif unruk memperbaiki kondisi uterus.
Bila ada  tanda-tanda obstruksi, persalianan harus segera diselesaikan dengan seksio seksaria. Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat
3.    Penanganan disfungsi uterus hipertonik
Disfungsi semacam ini ditandai dengan nyeri uterus yang sangat hebat diantara saat-saat his dan tentu saja tidak sebanding dengan efektivitasnya untuk menghasilkan penapisan serta dilatasi serviks. Jenis disfungsi uterus ini secara khas terjadi sebelum serviks mencapai dilatasi 4 cm ataun lebih.
Oksitosi jarang diperlukan pada keadaan hipertonus uteri dengan janin yang masih hidup. Persalinan dengan seksio sesaria jika dicurugai terjadi gawat janin. Apabila selaput ketuban masih utuh dan tidak tedapat bukti yang menunjukan adanya disporposi fetipelvik, pemberian morvin atau meperidin akan meredakan rasa nyeri dan memberikan kesempatan istirahat bagi ibu disamping menghentikan aktifitas uterus yang abnormal. Jadi harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal.
KASUS DISTOSIA KELAINAN TENAGA/HIS

LANGKAH I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Nama Istri    : Ny. E                Nama Suami    : Tn. K
Umur         : 28 tahun            Umur        : 33 tahun
Agama       : Islam                Agama        : Islam
Pendidikan       : D-III                Pendidikan    : S-1
Pekerjaan           : PNS                Pekerjaan    : PNS
Suku                  : Aceh                Suku        : Jawa
Alamat               : Pante Tengah         Alamat        : Pante Tengah
       
a.    Anamnesa
Pada tanggal     : 16 Oktober 2011             Pukul 11.00 WIB
1.    Alasan kunjungan: Ibu mengeluh mules-mules dan merasa ada yang akan keluar dari jalan lahir. Ibu merasa lemas dan tidak sanggup mengedan.
2.    Riwayat haid
Menarche              : 12 tahun
Siklus                    : 27 hari
Banyak                  : 2-3 kali ganti pembalut
Lama                     : 7-8 hari
Sifat darah     : Merah, encer, ada gumpalan
HPHT                   : 9 Maret 2011
TP                         :
3.    Riwayat perkawinan : Ibu menikah 1 kali, status perkawinan sah sebagai istri pertama, usia pernikahan 1 tahun, usia saat menikah 25 tahun.
4.    Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu       :  tidak ada
5.    Riwayat kehamilan sekarang
a.    Trimester I      : 1 kali di bidan
Keluhan          : Ibu mengatakan mual dan muntah
Anjuran          : Banyak istirahat, makan dengan porsi sedikit tapi sering.
b.    Trimester II    : 1 kali dibidan
Keluhan          : ibu merasa cepat lelah, pegal-pegal dan nyeri punggung
Anjuran          : Banyak istirahat, makan makanan bergizi, dan minum tablet Fe.
c.    Trimester III   : 1 kali di bidan
Keluhan          : Ibu mengatakan mules-mules dan  merasa ada yang akan keluar dari jalan lahir.
6.    Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
a.    Riwayat penyakit yang pernah atau sedang di derita : Tidak ada
b.    Perilaku kesehatan: Klien tidak pernah minum-minuman yang mengandung alkohol atau obat-obatan sejenisnya serta klien tidak pernah minum jamu atau merokok, pencucian vagina dilakukan dengan menggunakan sabun setiap kali mandi, BAK dan BAB.
c.    Imunisasi: Imunisasi TT lengkap
7.    Aktivitas sehari-hari
a.    Pola Nutrisi    :
Makan        : 2-3 kali sehari
Minum        : 6-7 kali gelas/hari
Eliminasi        : BAB : 1 kali/hari, BAK : sering
Istirahat         : Tidur Malam = 7-8 jam/hari
              Tidur Siang    = 1 jam
Personal hygiene    : Mandi     = 2 kali sehari
              Keramas    = setiap hari
Aktivitas/olahraga    : Hanya mengerjakan aktivitas sebagai ibu rumah tangga, ibu hanya melakukan aktivitas yang ringan dan ibu tidak pernah berolahraga.
Kontrasepsi        : Ibu tidak pernah menggunakan kontrasepsi.

b.    Pemeriksaan umum
a.    Keadaan umum                 : baik   
Kesadaran                         : composmentis
BB sebelum hamil              : 44 kg
BB saat hamil                    : 48 kg
LILA                                 : 24 cm
TB                                    : 156 cm
b.    Tanda-tanda vital
TD                        : 110/70 mmHg
Nadi                      : 80 x/menit
Respirasi               : 20 x/menit
Suhu                      : 370C
Pemeriksaan fisik
a.    Mata                     :  Fungsi penglihatan baik, konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, simetris kanan kiri
b.    Payudara               : Terlihat bersih, konsistensi lunak, simetris kanan kiri, puting susu menonjol, terdapat   hiperpigmentasi pada areola mamae, tidak ada nyeri, abses dan  pembengkakan, kolostrum belum keluar.
c.    Abdomen
•    Inspeksi : Tidak ada luka bekas operasi, pembesaran perut sesuai usia kehamilan, tidak ada strie gravidarum.
•    Palpasi
•    Leopold I          : TFU pertengahan antara pusat dan Px, pada fundus teraba bagian yang agak keras tapi  tidak melenting berarti bokong.
•    Leopold II        : Sebelah kiri teraba seperti paparan keras memanjang yang berarti punggung janin. Sedangkan bagian kanan teraba bagian-bagian kecil yang berarti ektremitas.
•    Leopold III     : Bagian terendah teraba bulat, keras dan melenting berarti kepala-kepala sebagian sudah masuk PAP.
•    Leopold IV       : Bagian terendah janin sudah masuk PAP,   divergen Mc Donald       : 34 cm
•    Auskultasi DJJ        : ada, frekuensi 145x/menit, reguler
d.    Genetalia :
e.    Inspeksi
Vulva                                  : tidak ada varises dan oedema
Pengeluaran pervaginam    : berupa blood show
Kelenjar bartholini              : tidak ada pembengkakan
Perineum                             : tidak ada luka bekas operasi
Anus                                    : tidak ada hemoroid
f.    Ekstremitas
•    Ekstremitas atas                 : normal kanan kiri, jari-jari tidak ada oedema, kuku dan telapak tangan tidak  pucat.
•    Ekstremitas bawah : normal kana-kiri, jari dan tibia kaki tidak  ada odema, tidak terdapat varises, refleks     patella (+) kanan kiri.
Pemeriksaan dalam
•    Dinding vagina       : Normal, tidak ada varises, tidak ada oedema, bisul, tumor, fistula dan kelainan- kelainan lain.
•    Porsio                   : Tidak teraba
•    Introitus vagina      : Ketuban pecah, bagian terendah kepala.
•    Penurunan kepala : station +3, UUK kiri depan
•    Pembukaan serviks: 10 cm (lengkap): His dengan frekuensi 2 x dalam 10 menit dengan lama 25 detik, kekuatan : kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang adekuat, teratur, dan dalam waktu yang lama.

LANGKAH II. INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa        : Ny E dengan Kelainan His Hipertonik
1.    Masalah         : Ibu mengeluh mules-mules dan merasa ada yang akan keluar dari jalan lahir.
Kebutuhan    : diperiksa keadaannya dan diberikan obat
2.    Masalah        : Ibu merasa lemas dan tidak sanggup mengedan
Kebutuhan    : diberikan vitamin

LANGKAH III. DIAGNOSA POTENSIAL
-    Ibu sulit tidur
-    Kondisinya melemah

LANGKAH IV. IDENTIFIKASI/TINDAKAN SEGERA
-    Dokter
-    Alat Medis yaitu Ultrasonografi (USG) dan Kardiotokografi  (KTG

LANGKAH V. PERENCANAAN
His diperbaiki dengan infus pitosin, perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah ketuban pecah agar prognosis janin tetap baik.
Jika setelah diberi pitosin, HIS menjadi cukup baik frekuensi maupun sifatnya maka infus pitocin dipertahankan dengan kecepatan yang berlaku pada saat itu, dan segera dilakukan persalinan spontan tetapi jika HIS tidak menjadi baik dalam waktu yang tertentu lebih baik dilakukan SC karena ketuban sudah pecah dan harus segera dilahirkan.

LANGKAH VI. PELAKSANAAN
Diberikan infus untuk membantu dalam pemenuhan kebutuhan cairan ibu, karena ibu merasa lemas dan segera dirujuk, saat dirujuk terus pantau keadaan janin dan ibunya. Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunya bagian terbawah janin dan keadaan panggul

LANGKAH VII. EVALUASI
Ibu mengerti tentang kondisinya saat ini dan Ibu mengerti hal-hal yang dijelaskan dan mau melakukan anjuran dari pihak rumah sakit. Dan makan dengan teratur agar keadaannya membaik.

SOAP
Pada tanggal     : 14 November 2011            
Pukul        : 08.00 WIB
S : Ny. E  dengan usia 28 tahun datang ke BPS dengan Ibu merasa lemas dan tidak sanggup mengedan
O :
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum    : masih lemas
BB saat hamil            : 48 kg
LILA                    : 24 cm
TB                       : 156 cm
TD                            : 110/70 mmHg
Nadi                          : 80 x/menit
Respirasi                   : 20 x/menit
Suhu                        : 370C
Auskultasi DJJ         : ada, frekuensi 145x/menit, reguler
A :
a.    Penyuluhan tentang pentingnya istirahat
b.    Penyuluhan tentang cairan infus
P :
a.    Jelaskan pada ibu bahwa istirahat itu sangatlah penting
b.    Anjurkan agar pasien segera diberikan cairan infus
c.     Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup



BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancran persalinan.
Kelainan his sering dijumpai pada primigravida tua sedangkan inersia uterisering dijumpai pada multigravida dan grandemulti. Faktor herediter mungkin memegang pula peranan dalam kelainan his dan juga factor emosi (ketakutan) mempengaruhi kelainan his
Inersia uteri hipertonik Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah uterus, sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

B.    Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.



DAFTAR PUSTAKA

FK, Unpad. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
FKUI Universitas Padjajaran. 1983. Uji Diri Obstetric dan ginekologi. Bandung : Eleman
Wiknojosastro, Hanifa. 1992. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
http://yennyshabraniti.blogspot.com/2010/09/dasar-teori-his-hipertonik.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar