Welcome To http://www.cerminan hati al-insan.blogspot.com/ Semoga Bermanfaat.

Sabtu, 05 Mei 2012

Keseimbangan PAP

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor penting yaitu jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu.
Jalan lahir dibagi atas :
a)    Bagian tulang terdiri dari tulang panggul dan sendi-sendinya.
b)    Bagian lunak terdiri dari otot-otot, jaringan dan ligamentum.
Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-masing bidang pada lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3 bidang khayal dalam rongga panggul : 1) Pintu atas panggul 2) Ruang tengah panggul 3) Pintu bawah panggul.

/>

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian PAP
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan berbatasan dengan promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata (terminalis), ramus superior os pubis, dan pinggir atas simfisis. Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-posterior (konjugata vera), adalah 11 cm. Hasil ini diperoleh dengan cara memasukkan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina untuk meraba promontorium; jarak bagian bawah simfisis sampai ke promontorium yang disebut konjugata diagonalis adalah 13 cm. Konjugata vera merupakan jarak antara pinggir atas simfisis ke promontorium dengan ukuran lebih 11 cm, diperoleh dari pengurangan konjugata diagonalis oleh 1,5 cm.
Selain kedua konjugata ini, dikenal pula konjugata obstetrika, yang memiliki jarak 11,5 cm, yaitu jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium. Sebenarnya konjugata ini paling penting, walaupun perbedaannya dengan konjugata vera sedikit sekali. Jarak terjauh garis melintang pada pintu atas panggul disebut diameter transversa (13,5-14 cm). Jika ditarik garis dari artikulasio sakro-iliaka ke titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea inominata disebut diameter obliqua (oblik) (12-12,5 cm). Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan berupa sudut (arkus pubis). Normalnya, besarnya sudut ini 90° atau lebih sedikit. Jika kurang sekali dari 90., kepala janin akan lebih sulit dilahirkan, karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal.

B.    Jenis Klasik PAP
Dalam obstetrik, dikenal empat jenis klasik panggul yang mempunyai ciri-ciri PAP sebagai berikut.


1.    Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk PAP hampir bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
2.    Jenis android
Bentuk PAP hampir segitiga. Umumnya, pria mempunyai jenis seperti ini. Panjang diameter antero-posterior hampir sama dengan diameter transversa, namun jenis ini jauh lebih mendekati sakrum. Dengan demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya menyempit ke muka. Jenis ini ditemukan 15% pada wanita.
3.    Jenis antropoid
Bentuk PAP agak lonjong, seperti telur. Panjang diameter anteroposterior lebih panjang dibandingkan diameter transversa. Jenis ini ditemukan 35% pada wanita.
4.    Jenis platipeloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar 5% dibandingkan ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada wanita.

C.    Klasifikasi
Pembagian panggul sempit
1.    kesempitan pintu atas panggul (pelvic outlet)
a.    pembagian tingkatan panggul sempit
tingkat I : CV = 9 - 10 cm = borderline
tingkat II : CV = 8 – 9 cm = relatif
tingkat III : CV = 6 – 8 cm = ekstrim
tingkat IV : CV = 6 cm = mutlak (absolut)
b.    pembagian menurut tindakan
CV = 8 – 10 cm = partus percobaan
CV = 6 – 8 cm = SC primer
CV = 6 cm = SC mutlak (absolut)
Inlet dianggap sempit bila CV <10>
2.    Kesempitan mid pelvis
Terjadi bila diameter interspinorum 9 cm. Kesempitan midpelvis hanya dapat dipastikan dengan rontgen pelvinometri. Dengan pelvimetri klinik, hanya dapat dipikirkan kesempitan midpelvis kalau
•    spina menonjol à mid pelvis arrest
•    side walls konvergen
•    ada kesempitan outlet
mid pelvic contraction dapat memberi kesulitan sewaktu partus sesudah kepala melewati pintu atas panggul. Adanya kesempitan ini sebetulnya merupakan kontraindikasi untuk forceps karena daun forceps akan menambah sempitnya ruangan.
3.    Kesempitan outlet
adalah bila diameter tranversal dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm. Kesempitan outlet, meskipun tidak menghalangi lahirnya janin, namun dapat menyebabkan perineal ruptur yang hebat, karena arkus pubis sempit sehingga kepala janin terpaksa melalui ruangan belakang.

D.    Komplikasi
1.    Saat Persalinan
Komplikasi panggul sempit pada persalinan tergantung pada kesempitan panggul.
a.    persalinan akan berlangsung lama
b.    sering dijumpai ketuban pecah dini
c.    karena kepala tidak mau turun dan ketuban sudah pecah sering tali pusat menumbung.
d.    Maulage kepala berlangsung lama
e.    Sering terjadi insertia uterus sekunder
f.    Pada panggul sempit menyeluruh bahkan didapati insersia uteri primer
g.    Partus yang lama akan menyebabkan peregangan SBR dan bila berlarut-larut akan menyebabkan ruptur uteri.
h.    Dapat terjadi simfisiolisis, infeksi intra partal
i.    Partus lama mengakibatkan penekanan yang lama pada jaringan lunak menyebabkan edema dan hematoma jalan lahir yang kelak akan menjadi nekrotik dan terjadilah fistula.
2.    pada anak
a.    infeksi intra partal
b.    kematian janin intra partal
c.    prolaps funikuli
d.    perdarahan intrakranial
e.    caput succedaneum dan cepalohematoma yang besar
f.    robekan pada tentorium serebri dan perdarahan otak karena moulage yang hebat dan lama
g.    fraktur pada tulang kepala oleh tekanan yang hebat dari his dan oleh karena alat-alat yang dipakai.

E.    Prognosis
1.    Bahaya pada ibu ialah :
•    partus berlangsung lama
•    terjadi ruptur uteri
•    terjadi fistula karena anak terlalu lama menekan pada jalan lahir, terjadi edema, nekrosis yang kemudian mengakibatkan vesiko vaginal, vesiko-cervical, atau recto-vaginal fistel
•    infeksi intra partum
•    simfisiolisis
2.    bahaya bagi anak ialah
•    persalinan lama akan menyebabkan KJIP dan memberikan angka kematian janin yang tinggi.
•    Pada panggul sempit sering terjadi ketuban pecah dini dan kemudian infeksi intrapartum
•    Terjadi prolaps funikuli
•    Dengan moulage memang terjadi pengecilan ukuran kepala. Pengecilan sampai 0,5 cm tidak merusak otak, pengecilan melebihi 0,5 cm akan berakibat buruk terhadap anak atau kematian.

F.    Penanganan
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang memegang peranan dalam prognosa persalinan.
Bila konjugata vera 11 cm, dapat dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak mungkin melewati panggul tersebut.
a.    CV 8,5 - 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya.
b.    CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c.    CV = 6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada :
•    His atau tenaga yang mendorong anak.
•    Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
•    Bentuk panggul
•    Umur ibu dan anak berharga
•    Penyakit ibu




ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
DENGAN KESIMBANGAN PAP
LANGKAH I. PENGUMPULAN DATA DASAR
Nama ibu     : Ny A                            Nama suami    : Tn B
Umur           : 32 tahun                        Umur               : 35 tahun
Suku            : Jawa                              Suku                : Jawa
Agama         : Islam                             Agama             : Islam
Pendidikan : SMA                              Pendidikan      : SMA
Pekerjaan     : IRT                               Pekerjaan         : Petani
Alamat        : Jl. Lingkar                Alamat            : Jl. Lingkar
    
a.    Anamnesa
Tanggal 24 November 2007                            Pukul : 10.00 WIB
1.    Keluhan utama : Ibu mengeluh sakit pada  daerah pinggang dan menjalar ke bagian bawah.
2.    Keluhan Sejak Kunjungan Kelahiran : Ibu mengatakan cepat lelah dan cemas menghadapi persalinannya
3.    Tanda-Tanda Persalinan
a.    His             : ada, lemah dan tidak teratur, lamanya kurang dari 20 detik
b.    Frekuensi   : 2x/10 menit
c.    Lamanya   : 10-20 detik
d.    Lokasi ketidaknyamanan  : daerah abdomen 
4.    Pengeluaran Pervaginam : Belum ada
5.    Masalah khusus : Ibu merasakan kelainan pada kehamilannya, keadaan ibu baik
6.    Riwayat imunisasi : Selama kehamilan ibu mendapat imunisasi 2x
TT I     pada kehamilan 20 minggu  
TT II    pada kehamilan  24 minggu
7.    Riwayat persalinan yang lalu : Ibu mengatakan bahwa ini adalah kehamilan yang pertama G1P0A0
HPHT : 17 Februari 2007
TP        : 24 November 2007
8.    Pergerakan janin dalam rahim : Gerakan anak kuat, frekuensi kurang dari 10 kali / menit
9.    Data Kebiasaan Sehari-Hari
Pola Nutrisi :
Makan            : 2 kali sehari
Minum            : 6-7 kali sehari
Eliminasi terakhir     : BAB    :  1x sehari dan BAK   : 6-7x sehari
Istirahat dan tidur     : ± 8 jam
Psikologi         : Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi persalinan

b.    Pemeriksaan umum
1.    Keadaan umum         : baik
2.    Kesadaran           : compos mentis
3.    Tanda-tanda vital
TD                         : 120/80 mmHg
RR                         : 20x/menit
Nadi                      : 85x / menit
Suhu                      : 38oC
BB                         : 62 kg
TB                         : 157 cm

Pemeriksaan fisik
1.    Rambut         :   bersih berwarna hitam
2.    Muka             :   terdapat cloasma gravidarum
3.    Mata              :   simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva agak pucat
4.    Hidung          :   bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada pembesaran polip
5.    Mulut            :   bersih, gigi terdapat caries pada graham bawah dan tidak ada stomatitis 
6.    Telinga          :   normal, fungsi pendengaran baik
7.    Leher             :   tidak ada pembesaran thyroid dan vena jugularis
8.    Dada             :   simetris, pergerakan nafas teratur
9.    Mamae          :   simetris kana kiri, tidak ada benjolan yang abnormal, puting susu menonjol, hyperpigmentasi, pada aerola mamae, kolostrum keluar
10.    Perut              :   tidak ada bekas operasi
11.    Punggung      :   lordosis
12.    Ekstremitas   :   atas :    pergerakan baik, simetris kanan kiri, tidak ada oedema, letih dan jari-jari lengkap dan bawah:   pergerakan baik, kram, pegal-pegal, simetris kana kiri, tidak ada oedema dan jari-jari lengkap

Pemeriksaan Kebidanan
a.    Inspeksi
Pada genetalia perineum elastis, tidak haemoroid, masih tebal, masih tebal, belum menonjol.
Vagina tidak ada varises, tidak ada oedema
Pemeriksaan pada tanggal 24 November 2007, pukul 10.00 WIB
Serviks 
1.    Pendataran                  : 10 %
2.    Arah serviks                : Kedepan
3.    Pembukaan                  : 1 cm
4.    Konsistensi                  : lunak
5.    Bagian terendah          : Kepala
6.    Turunnya kepala          : 3/5
b.    Palpasi
Leopold I      : TFU ½ jari bawah px
Leopold II     : PUKI
Leopold III   : presentasi kepala
Leopold  IV  : bagian terendah sudah masuk PAP
MC. Donald : TFU     : 35 cm
TBJ                : 3565 gram
c.    Auskultasi : DJJ (+), frekuensi 130 x/menit teratur

LANGKAH II. INTERPRESTASI DATA DASAR
Diagnosa : G1P0A0 hamil 40 minggu, inpartu kala I, fase laten, dengan induksi
Dasar:
1.    Masalah : Nyeri pada daerah pinggang, usia kehamilannya cukup bulan, namun pembukaan lambat
2.    Kebutuhan     :
a.    Anjurkan ibu relaksasi
b.    Anjurkan ibu tidak stres
c.    Anjurkan ibu untuk mencari posisi yang nyaman, misalnya miring kanan atau kiri

LANGKAH III. DIAGNOSA POTENSIAL
-    Potensial terjadinya kematian janin
-    Perdarahan post partum

LANGKAH IV. IDENTIFIKASI/TINDAKAN SEGERA
-    Kolaborasi dengan dokter ahli kebidanan bila diperlukan rujukan

LANGKAH V. PERENCANAAN
1.    Jelaskan pada ibu tentang keadaannya saat ini
2.    Siapkan ibu dan alat-alat untuk persalinan yang bersih dan steril
a.    Tempatkan ibu di ruangan yang nyaman
b.    Pasang infuse dan oksitosin untuk melakukan induksi
c.    Atur posisi ibu senyaman mungkin
d.    Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
e.    Lakukan vulva hygine
f.    Lakukan pengawsan kala I dan berikan antibiotika
g.    Beri tahu ibu bahwa akan dilakukan induksi persalinan
3.    Tenangkan ibu
a.    Ajarkan teknik relaksasi
b.    Ajarkan untuk tidak mengedan sebelum adanya his
c.    Jelaskan tahap-tahap yang akan dilakukan selama persalinan dan beritahu ibu akan dilakukannya pemberian oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus
d.    Libatkan peran suami / keluarga untuk mendampingi ibu
e.    Dampingi ibu untuk berikan dukungan mental
f.    Anjurkan ibu istirahat saat his sudah mulai berkontraksi
g.    Anjurkan ibu tidur miring kiri
4.    Observasi kemajuan persalinan

LANGKAH VI. PELAKSANAAN
1.    Menjelaskan kepada ibu tentang keadaannya saat ini
a.    Ibu memasuki inpartu dengan kehamilan cukup bulan tetapi pembukaan serviks belum lengkap, karena tidak adanya kontraksi his yang kuat.
b.    Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan persalinan induksi dengan memberikan oksitosin untuk merangsang kontraksi uterus dan agar pembukaan serviks akan membuka sempurna.
2.    Ibu berada di tempat yang nyaman
3.    Menyiapkan ibu dan alat-alat
a.    Menempatkan ibu di ruangan yang nyaman
b.    Baringkan ibu hamil miring kiri
4.    Catat semua pengamatan pada partograf tiap 30 menit
a.    Catat kecepatan infuse oksitosin
b.    Frekuensi dan lamanya kontraksi
c.    Denyut jantung janin, dengar DJJ tiap 30 menit dan selalu  langsung setelah kontraksi.
5.    Pasang infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (garam fisiologik)  mulai dari 10 tetes per menit.
a.    Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat 13 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik dan perhatikan sampai terjadi kelahiran
b.    Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali kontraksi dalam 10 menit, hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi
6.    Pantau adanya konatraksi uterus
7.    Menenangkan ibu untuk mengurangi rasa nyeri dan lemas
8.    Mengobservasi kemajuan persalinan

LANGKAH VII. EVALUASI
a.    Ibu mengatakan tahu dengan keadaannya
b.    Ibu berada di tempat yang nyaman
c.    Infus oksitosin 2,5 unit dalam 500 cc dekstrose (atau garam fisiologik) mulai dengan 10 tetes per menit
d.    Ibu sudah makan dan minum
e.    Ibu tidur miring kiri
f.    Alat persalinan telah siap
g.    Ibu telah minum amoxylin 1000 mg dosis tunggal
h.    Melakukan pengawasan kala I, kontrol his, DJJ, tanda vital
i.    Ibu mengerti teknik relaksasi yang baik
j.    Ibu mengerti cara mengejan yang baik
k.    Ibu mengerti tentang tahap-tahap persalinan
l.    Ada keluarga dan suami yang mendampingi ibu

SOAP
Tanggal 24 November 2007
Pukul    : 22.00 WIB
S : Ny. A dengan usia 33 tahun datang ke BPS dengan keluhan perutnya mulas-mulas dan sakit yang bertambah disertai ingin BAB dan mengejan.
O :
Pemeriksaan Fisik :
1.    Ibu berada di ruangan yang nyaman dan alat-alat persalinan sudah disiapkan
2.    Kandung kemih kosong
3.    His sudah mulai teratur
4.    Pemeriksaan dalam dilakukan tanggal 24 November 2007, pukul 10.00 WIB pembukaan 10 cm, ketuban (+)
5.    Anus dan vulva terbuka, perineum menonjol
6.    Kala I berlangsung 2 jam
7.    perdarahan kala I sebanyak + 50 cc     
A :
Masalah : Ibu cemas menghadapi persalinan
Kebutuhan : Penyuluhan hal-hal yang akan dilakukan untuk kelancaran proses persalinan, yaitu:
a.    Cara mengejan yang baik dan benar
b.    Posisi persalinan yang nyaman, sesuai dengan kemampuan ibu
c.    Bedrest total
P          :      
1.    Memimpin ibu mengejan dengan benar saat ada his
2.    Melaksanakan tindakan dengan teknik aseptic dan anti septik
3.    Melahirkan kepala bayi berturut-turut dahi, muka, hidung, mulut dan dagu.
4.    Memeriksa lendir di mulut dan hidung bayi dan di bersihkan muka dengan kasa steril.
5.    Memeriksa apakah ada lilitan tali pusat, pada leher bayi
6.    Melahirkan bahu bayi dan anggota tubuh seluruhnya
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pintu atas panggul merupakan suatu bidang yang berbentuk lonjong dan berbatasan dengan promontorium, korpus vertebra sakral I, linea inominata (terminalis), ramus superior os pubis, dan pinggir atas simfisis. Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium, disebut juga diameter antero-posterior (konjugata vera), adalah 11 cm.
Dalam obstetrik, dikenal empat jenis klasik panggul yang mempunyai ciri-ciri PAP sebagai berikut.
•    Jenis ginekoid
•    Jenis android
•    Jenis antropoid
•    Jenis platipeloid

B.    Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.



DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S dkk, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1986 : 102 – 115, 637-647
Mochtar R, Sinopsis Obstetri, Edisi Kedua, EGC, Jakarta, 1999: 75-82, 323-328
Disproporsi Sefalo Pelvic, Buku Panduan Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2002: M-5
Radiologi diagnostik, editor R. Sjahrial, K Sukanto, E Iwan, Balai Penerbit FKUI Cetakan ketujuh, 2001

Tidak ada komentar:

Posting Komentar