BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak hamil semua orang tua sudah pasti membayangkan keadaan bayi mereka ketika lahir, bagaimana mukanya, apakan ia lebih mirip ibu atau ayahnya dan mungkin saja ada bayangan tentang sosok bayi yang baru lahir adalah seperti yang tergambar sempurna seperti yang kerap ditampilkan dalam berbagai media, kepala bulat, kulit mulus, mata jernih, bahkan wajah yang menarik. Hingga saat kelahirannya, pasangan merasa kecewa karena penampilan si kecil saat baru saja dilahirkan tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah penyuluhan sebelum bayi pulang.
BAB II
PENYULUHAN SEBELUM BAYI PULANG
Sebelum bayi di bawa pulang ke rumah, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Perawatan Tali Pusat
Saat bayi dilahirkan, tali pusar (umbilikal) yang menghubungkannya dan plasenta ibunya akan dipotong oleh dokter. Semasa dalam rahim, tali ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin yang berada di dalamnya. Tapi saat dilahirkan, bayi tidak lagi membutuhkan oksigen dari ibunya, karena ia sudah dapat bernapas sendiri melalui hidung. Karena itulah, tali tersebut harus dipotong meski tidak semuanya.
Tali pusar yang melekat di perut bayi, akan disisakan beberapa senti oleh dokter. Sisanya ini akan dibiarkan hingga pelan-pelan menyusut dan mengering, lalu terlepas dengan sendirinya.
Cara membersihkannya bisa dilakukan sebagai berikut:
• Cuci tangan bersih-bersih dengan sabun.
• Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol 70%, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang menempel pada perut).
• Lakukanlah dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah.
• Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk ‘memegang’ ujung tali pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya.
• Rendam perban/kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusar. Usahakan agar seluruh permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
• Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas. Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.
• Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya.
2. Pemberian ASI
Inisiasi dini atau pemberian ASI sejak dini adalah sangat dianjurkan untuk dilakukan pada setiap ibu setelah melahirkan. Proses menyusui dapat segera dilakukan begitu bayi lahir. Bayi yang lahir cukup bulan akan memiliki naluri utk menyusu pada ibunya di 20 – 30 menit setelah ia lahir. Itupun jika ia tidak mengantuk akibat pengaruh obat ataupun anastesi yang diberikan ke ibu saat proses melahirkan.
Pengalaman pertama bayi. Di jam-jam pertama, bayi akan relatif tenang, terjaga dan memiliki kemampuan bawaan untuk melakukan proses latch-on (proses masuknya sebagian besar ke dalam mulut bayi hingga ia dapat “mengunci” dan menyusu dengan g baik dan menyusu dengan baik. Riset menunjukkan bahwa bayi baru lahir yang diletakkan di perut ibu sesaat setelah ia lahir, akan mampu mencari payudara ibu dan menyusu dengan baik dalam kurun waktu kurang dari 50 menit.
Rooming-In (Rawat Gabung) Perawatan bayi dan ibu bayi dapat terus bersama selama 24 jam dinamakan rawat gabung. Sejak dini harus dilakukan rawat gabung dengan baik. Rawat gabung harus dilakukan perawatan ibu dan bayi sejak hari pertama di rumah sakit harus dilakukan dalam satu tempat tidur atau satu ruangan. Jika tidak ada masalah medis, tidak ada alasan untuk memisahkan ibu dari bayinya, meskipun sesaat. Bahkan makin seringnya ibu melakukan kontak fisik langsung dengan bayi akan membantu menstimulasi hormon prolaktin dalam memproduksi ASI. Karena itu pada tahun 2005, American Academy of Pediatrics (AAP) mengeluarkan kebijakan agar ibu dapat terus bersama bayinya di ruangan yang sama dan mendorong ibu untuk segera menyusui bayinya kapanpun sang bayi menginginkannya. Semua kondisi tsb akan membantu kelancaran dari produksi ASI. Memisahkan bayi dari ibunya sebelum hal tersebut dilakukan akan membuat bayi kehilangan kesempatan besar. Bayi akan mengantuk dan kehilangan minatnya utk menyusu pada ibunya. Akibatnya proses inisiasi menyusui mengalami hambatan. Oleh karena itu, pastikan bahwa bayi mendapatkan kesempatan utk melakukan proses inisiasi menyusui paling tidak satu jam pertama setelah ia lahir. Hal ini akan menunjang proses kebehasilan pemberian ASI di kemudian hari.
3. Jaga Kehangatan Bayi
Bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya dan membutuhkan pengaturan diluar untuk membuat bayi tetap hangat. Menjaga kehangatan bayi baru lahir merupakan suatu hal yang sangat penting, dengan cara membungkus atau membedung bayi rapat-rapat dan kepalanya ditutup agar membantunya merasa aman dan hangat. Hal ini membuat bayi tidur lebih nyenyak dan lama jika mereka dibungkus. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan hangat.
Tujuan Menjaga Kehangatan
a. Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh
b. Membuat bayi merasa aman dan hangat
c. Membuat bayi tidur lebih nyenyak (Mueser, 2007)
Cara Membungkus Bayi
Cara membungkus bayi dengan aman dalam selimut persegi. Pertama-tama, lipat salah satu ujung selimut hingga ke tengah, letakkan kepala bayi ke tengah dari selimut yang dilipat, bungkus kepala bayi terlebih dahulu lalu lipat ujung yang bersebrangan dengan yang dilipat sebelumnya ke kaki bayi. Kemudian tutupkan dua ujung lain ke tubuh bayi satu per satu.
Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
a. Evaporasi adalah cara kehilangan panas yang utama pada tubuh bayi. Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Hal yang sama dapat terjadi setelah bayi dimandikan.
b. Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Bayi yang diletakkan di atas meja, tempat tidur atau bagian yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas tubuh akibat proses konduksi.
c. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan dalam ruang yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga dapat terjadi jika ada tiupan angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.
d. Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini meskipun benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan tubuh bayi.(Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal)
Kehilangan panas tubuh bayi dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini:
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c. Tutupi kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan Normal).
4. Tanda – Tanda Bahaya
a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum. Ini tanda bayi terkena infeksi berat.
b. Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan normal. Jika melihat gejala-gerakan yang tidak biasa dan terjadi secara berulang-ulang (menguap, mengunyah, mengisap, mata berkedip-kedip, mata mendelik, bola mata berputar-putar, kaki seperti mengayuh sepeda) yang tidak berhenti jika bayi disentuh atau dielus-elus, kemungkinan bayi kejang.
c. Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang.
d. Sesak napas (60 kali permenit atau lebih) atau nafas 30 kali per menit atau kurang.
e. Bayi merintih.
f. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai ke dinding perut, tandanya sudah infeksi berat.
g. Demam (suhu tubuh bayi lebih dari 37,5º C) atau tubuh teraba dingin (suhu tubuh bayi kurang dari 36,5º C).
h. Mata bernanah banyak.
i. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika kulit perut dicubit akan kembali lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat, bisa menyebabkan kematian.
j. Kulit bayi terlihat kuning. Kuning pada bayi berbahaya jika muncul pada :
a. Hari pertama (kurang dari 24 jam) setelah lahir.
b. Ditemukan pada umur lebih dari 14 hari.
c. Kuning sampai ke telapak tangan atau kaki.
Bila menemukan salah satu dari tanda - tanda bahaya tersebut di atas sebaiknya orangtua segera membawa bayi ke petugas kesehatan baik dokter maupun bidan .
5. Imunisasi
Setelah lahir, tubuh bayi belum punya daya tahan yang cukup untuk menangkal berbagai penyakit, selain antibodi bawaan yang diberikan ibu sejak dalam kandungan. Dengan imunisasi, tubuh bayi disiapkan mengenali beberapa penyakit tertentu yang mungkin mengancamnya. Berikut 3 jenis imunisasi awal yang diberikan di rumah sakit setelah lahir.
Jenis Imunisasi Manfaat Waktu Pemberian Tempat Pemberian Catatan
Hepatitis B Mencegah penyakit hepatitis B yang menyerang hati (liver); berakhir menjadi sirosis (hati menciut) dan kanker hati. Segera setelah lahir, diupayakan dalam 12 jam pertama. Diberikan minimal 3 kali dalam rentang waktu 6 bulan. Disuntikkan di paha. • Diberi-kan tanpa meman-dang status ibu (pernah terinfeksi atau belum).
• Tak ada obat spesifik untuk menangani penyakit ini.
Polio
Mencegah terkena polio (poliomyelitis) yang menyebabkan anak lumpuh (kebanyakan mengenai satu kaki tetapi bisa juga terkena kedua kakinya). Menjelang pulang. Diteteskan di mulut. Diberikan 3 kali dalam selang waktu 6-8 minggu. Penyakit ini sangat menular dan tidak ada obat.
BCG Mencegah penyakit TB (tuberkulosis). Menjelang pulang. Disuntikkan di lengan atas. Umumnya menyerang paru-paru. Tapi pada anak-anak, penyakit ini dapat “menjalar” misalnya ke otak, kelenjar, dan tulang, dan menimbul-kan komplika-si.
6. Perawatan Harian atau Rutin
Ajarkan orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian untuk bayi bayi baru lahir.
a. Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam), mulai dari pertama
b. Pertahankan agar bayi selalu dengan ibu
c. Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti popok dan selimut sesuai dengan keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin (dapat menyebabkan dehidrasi, ingat bahwa pengaturan suhu bayi masih dalam perkembangan). Apa saja yang dimasukkan ke dalam mulut bayi harus selalu bersih
d. Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
e. Peganglah, sayangi dan nikmati kehidupan bersama bayi
f. Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu
g. Jaga keamanan bayi terhadap trauma dan penyakit/infeksi
h. Ukur suhu tubuh bayi, jika bayi tampak sakit atau menyusu kurang
7. Pencegahan Infeksi dan Kecelakaan
a. Infeksi
INFEKSI yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection (infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular dari orang lain. Beragam infeksi bisa terjadi pada bayi baru lahir seperti herpes, toksoplasma, rubella, CMV, hepatitis, eksim, infeksi saluran kemih, infeksi telinga, infeksi kulit, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan HIV/AIDS.
Cara mengatasinya, infeksi herpes simpleks pada bayi yang baru lahir memang sangat mengkhawatirkan dan memberikan prediksi akibat yang buruk bila tidak segera diobati. Untungnya pengobatan selama ini mampu menurunkan angka kematian demikian juga mencegah progresivitas penyakit berupa infeksi herpes pada susunan saraf pusat atau infeksi diseminata (penyebaran tubuh kebagian tubuh lain). Tindakan terhadap bayi dari ibu penderita herpes genitalis dilakukan secara beragam, diantaranya ada rumah sakit yang menganjurkan isolasi. Selanjutnya, pada bayi dilakukan pemeriksaan kultur virus, fungsi hati dan cairan serebrospinalis (otak). Selain pengawasan ketat selama bulan pertama kehidupannya.
Eksim popok dapat dicegah dengan cara mengganti popok sesering mungkin setiap kali popok basah. Sebaiknya kain popok terbuat dari bahan lembut dan cara pemakaiannnya tidak terlalu ketat agar kulit tidak bergesek. Penggunaan celana plastik sedapat mungkin dihindari. Eksim popok juga bisa muncul karena adanya zat-zat tajam yang biasa ada pada feses bayi yang menimbulkan peradangan disekitar anus. Bercak ini umumnya terjadi bila sikecil diare.
Adapun pemberian obat antiretroviral (ARV) pada bayi terinfeksi HIV di minggu pertama pasca kelahiran akan memberikan peluang hidup lebih lama. Pemberian ARV sesegera mungkin membantu menaikkan sistem imun yang lemah akibat serangan virus. Karena bayi yang positif terinfeksi HIV tidak mampu mambangun sistem imun untuk ketahanan tubuh. Akibatnya apabila ada penyakit yang menyerang bayi akan cepat sakit dan meninggal. Menurut penelitian bayi yang mendapat terapi ARV akan mempunyai kesempatan hidup lebih lama.
b. Kecelakaan
Sebagian upaya pencegahan kecelakaan di rumah sering dirasa mengada-ada oleh para orang tua. Namun sesungguhnya, jumlah kecelakaan pada bayi sudah tak bisa dihitung dengan jari. Cegahlah sekarang juga!
Ini tidak main-main. Data menunjukkan angka kecelakaan di rumah sebagian besar menelan korban anak-anak. Pada bayi, umumnya kecelakaan terjadi karena jatuh, tergores benda tajam, tersedak, tercekik atau tanpa sengaja menelan obat-obatan dan bahan kimia yang ditaruh di sembarang tempat. Bisa ditebak, umumnya kecelakaan seperti itu disebabkan kelalaian orang dewasa di sekitarnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum bayi di bawa pulang ke rumah, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
• Perawatan Tali Pusat
• Pemberian ASI
• Jaga Kehangatan Bayi
• Tanda – Tanda Bahaya
• Imunisasi
• Perawatan Harian atau Rutin
• Pencegahan Infeksi dan Kecelakaan
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Mueser, Anne Marie. 2007. Panduan Lengkap Perawatan Bayi dan Anak. A-2 : Jogjakarta: Diglosia.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1992. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan.
Suryabudhi, Maria. 1997. Cara Merawat Bayi dan Anak-anak. Bandung: Alfabeta.
Nada. 2007. Pap Smear. http://susternada.blogspot.com.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Universitas Padjadjaran Bandung.
Evariany. 2007. Tes Apgar, Sang Penentu. http://www.hypno-birthing.web.id.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar