BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan manusia tidak akan terlepas dari yang namanya kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, manusia harus punya semangat bekerja atau beraktifitas sehari-hari. Dimana perkerjaan manusia tidaklah sama, sesuai dengan kemampuan masing-masing, sehingga perjalanan hidup manusia dapat terpenuhi kebutuhannya dan akan tercapailah cita-cita yang mereka inginkan.
Dimana kemuliaan islam juga mengajukan kepada manusia agar selalu meningkatkan produktifitas kerja sehingga dapat memacu suatu perubahan social untuk kemajuan. Produktifitas kerja disini adalah suatu keadaan dimana seseorang senantiasa meningkatkan kerjanya untuk menghasilkan suatu yang lebih meningkat dibanding dari sebelumnya.
Rasulullah SAW adalah sosok yang slalu berbuat sebelum beliau memerintahkan para sahabat untuk melakukannya. Hal ini sesuai dengan tugas beliau sebagai Uswatun Hasanah, teladan yang baik bagi seluruh manusia. Maka saat kita bicara tentang etos kerja islami, maka beliaulah orang yang paling pantas menjadi rujukan. Dan bicaralah tentang etos kerja Rasulullah SAW sama artinya dengan berbicara bagaimana beliau menjalankan peran-peran dalam hidupnya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pekerjaan Paling Baik
2. Larangan Meminta-Minta
3. Mukmin Yang Kuat Mendapat Pujian
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEKERJAAN PALING BAIK
عَنْ رِفَاعَةَ بْنِ رَافِعٍ رضي الله عنه أَنَّ اَلنَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم سُئِلَ: أَيُّ اَلْكَسْبِ أَطْيَبُ? قَالَ: ( عَمَلُ اَلرَّجُلِ بِيَدِهِ, وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ ) رَوَاهُ اَلْبَزَّارُ، وَصَحَّحَهُ اَلْحَاكِمُ
Terjemah hadist:
“ Rifa’ah bin Rafi’I berkata bahwa nabi Muhammad SAW. Ditanya “apa mata pencaharian yang paling baik?” Nabi menjawab, “seseorang bekerja dengan tangannya dan tiap-tiap jual beli yang bersih”. (diriwayatkan oleh bazzar dan disahkan oleh hakim).
Penjelasan Hadist
Islam senantiasa mengajarkan umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seseorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa saja mengharapkan rezeki datang dari langit tanpa mengeringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak pula dibenarkan terlalu mengandalkan kemampuan diri sehinggga melupakan pertolongan Allah SWT. Dan tidak mau berdoa kepada-Nya.
Banyak ayat dalam Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk bekerja dan memanfaatkan berbagai hal yang ada di dunia untuk bekal hidup dan mencari penghidupan di dunia, diantaranya
surat Al-Jum’ah ayat 10 :
“…Maka bertebaranlah kamu dimuka bumi; dan carilah karunia Allah.”
Lalu surat An-Naba ayat 11:
“Dan kami jadikan siang untuk meencari penghidupan.’
Berdasarkan keterangan diatas menunjukkan bahwa kaum muslim yang menginginkan kemajuan hendaknya harus bekerja keras. Telah menjadi sunnatullah di dunia bahwa kemakmuran akan dicapai oleh mereka yang bekerja keras dan memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya. Tidak heran jika banyak orang yang tidak beriman kepada Allah SWT, tetapi mau bekerja keras untuk kemakmuran di dunia –walaupun diakhirat ia tetap celaka-, sebaliknya, adapula yang beriman kepada Allah, tetapi tidak mau bekerja dan berusaha sehingga sulit untuk mencapai kemakmuran.
Rizeki yang diusahakan haruslah halal dan tidak semata-mata banyak, tanpa mengindahkan aturan-aturan yang telah ditetapkan. Selain itu bekerjalah sesuai dengan tangannya (usaha) sendiri, kemampuannya, serta keahliannya jauh lebih baik dan utama sebagaimana diterangkan dalam hadist berikut:
Selain itu Islam-pun menjamin mereka yang mau bekerja keras dan menyuruh para majikan untuk menghargai kerja keras orang yang bekerja pada mereka:
“ berikanlah gaji kepada para pekerja sebelum kering keringatnya.” (H.R. Abu Yala)
Diantara hikmah dan rizeki yang dihasilkan melalui usaha sendiri adalah terasa lebih nikmat daripada hasil kerja orang lain. Disamping itu juga dapat menumbuhkan hidup hemat karena merasakan susahnya payahnya mencari rizeki, dilain pihak dengan bekerja sendiri kita menghidarkan dari ketergantungan pada orang lain. Nilai plus yang kita dapatkan lagi dari bekerja bahwa dengan usaha kita tersebut kita diampuni dosa-dosanya sebagaimana hadist sebutkan diatas.
Tujuan bekerja kita disamping menghidupi hidup kita sendiri, tetapi juga membantu memenuhi kehidupan orang lain, dan harta yang dihasilkannya tiada lain adalah untuk bekal hidup di dunia dan dalam rangka mengabdi padanya agar kita juga sukses di akhirat.
Para pedagang yang tidak memiliki ketiga sifat dibawah ini akan menderita kerugian di dunia sekaligus di akhirat
1. Mulutnya suci dari bohong, laghwu (main-main/bergurau) dan sumpah.
2. Hatinya suci dari penipuan, khianat, dan iri
3. Jiwanya selalu memelihara shalat jum’at, shalat berjamaah, selalu menimba ilmu dan mengutamakan rida Allah SWT. Daripada lainnya.
B. LARANGAN MEMINTA-MINTA
1. Tangan Yang Diatas Lebih Mulia Dari Yang Dibawah
حديث لبن عمر رضى الله عنه, اًن رسول الله عليه وسلم قال, وهو على المنبر, ودكر الصدقة و التعفف والمسئلة: اليد العليا خير من يد السفلى, فاليد العليا هى المنفقة, والسفلى هى السائلة. (متفق عليه)
Artinya:
Ibnu umar r.a berkata: ketika nabi SAW khutbah di atas mimbar dan menyebut sedekah dan minta-minta, maka bersabda : tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah, tangan yang diatas itu memberi dan yang dibawah yang meminta.
Sumber: Lu’lu’ wal marjan (612)
حديث حكيم بن حزام رضى الله عنهو خن انبى صلى الله عليه وسلم, قال: اليد العلياخير من اليد السفلى, وابداً بمن تعول, وخير الصدقة عن الظهر غنى, ومن يستعفف يعفه الله, ومن يستغن يغنه الله. (متفق عليه)
Artinya:
Hakiem bin hizam r.a berkata: nabi Saw bersabda: tangan yang diatas lebih baik dari tangan yang dibawah, dan dahulukan keluargamu (orang-orang yang wajib kamu belanjai) dan sebaik-baik sedekah itu dari dari kekayaan (yang berlebihan), dan siapa yang menjaga kehormatan diri tidak meminta-minta, maka Allah akan mencukupinya , demikian pula siapa yang beriman merasa sudah cukup maka allah akan membantu memberinya kekayaan.
Sumber: Lu’lu’ wal marjan (613)
2. Mencari Kayu Bakar Lebih Baik Dari Meminta-Minta
حديث ابى هريرة رضى الله عنه, قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لاًن يحتطب احدكم حزمة على ظهره خير من ان يسال اًحدا فيعطيه أو يمنعه.
artinya:
Abu Hurairah r.a berkata: rosulullah SAW bersabda: jika seseorang itu pergi mencari kayu, lalu diangkat seikat kayu diatas punggungnya (yakni untuk dijual dipasar) maka itu lebih baik baginya daripada minta kepada seseorang baik diberi atau ditolak
Sumber: Lu’lu’ wal marjan (618)
Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan yang sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya, dengan cara meminta-minta. Keadaan seperti itu tidaklah sesuai dengan sifat Islam yang mulia dan memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam Qur’an:
“kekuatan itu bagi allah dan rasulnya dan bagi kaum mukminin.” (Q.S. Munafiqun ayat
Dengan demikian, seorang peminta-minta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan tangannya, selain telah merendahkan dirinya, Ia-pun secara tidak langsung telah merendahkan ajarannya agamnya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan kufur nikmat karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannnya untuk berasaha dan mencari rizeki sebagaimna diperintahkan syara’.
Dalam ketiga hadist diatas dinyatakan secara tegas behwa tangan orang yang diatas (pemberi sedekah) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang diberi). Dengan kata lain, derajat pembeli lebih tinggi daripada derajat peminta-minta. Maka seyogyanya bagi setiap umat Islam yang memiliki kekuatan untuk mencari rizeki, berusaha untuk bekerja apa saja yang penting halal. Walaupun suatu pekerjaan dipandang hina dalam pandangan manusia, seperti dicontohkan dalam hadist: orang yang bekerja sebagai tukang kayu, tentu saja penghasilannya tidaklah besar, tetapi pekerjaan ini lebih mulia dibandingkan peminta-minta yang menggantungkan hidupnya kepada orang lain, yang mungkin penghasilannya dari meminta-minta lebih besar dari si tukang kayu. Padahal harta yang diperoleh dengan cara seperti ini sama dengan mengumpulkan bara apa, sebagaimana Rasulullah bersabda.
“Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “siapa yang meminta-minta untuk memeperbanyak kekayaannnya, ia tiada lain hanya memperbanyak bara api. Maka terserah padanya, apakah ia akan mengurangi atau memperbanyaknya.” (H.R. Muslim)
Dalam hadist diataspun disunggung tentang etika memberikan bantuan kepada orang lain, yaitu mengutamakan keluarga dan kerabat terdekat, dan seterusnya. Selain itu, barang yang diberikan haruslah merupakan rizeki yang lebih. Dengan kata lain, tidak mengutamakan memberi kepada orang lain sementara dirinya dan keluarganya kelaparan. Bagi orang yang selalu membantu orang lain, disamping akan mendapatkan pahala kelak diakhirat, Allah juga akan mencukupkan rizekinya didunia.
Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti bahwa Allah swt. Tidak berkuasa untuk mendatangkan rizeki yang begitu saja kepada manusia, ini dimaksudkan agar manusia menghargai dirinya sendiri dan usahanya, sekaligus agar tidak berlaku semena-mena atau melampaui batas, sebagaimana tercantum dalam qur’an:
“seandainya Allah melapangkan rizeki kepada hambanya pasti mereka melampaui batas (bejat moral). Akan Tetapi, Dia mahabijaksana dan memerintahkan manusia untuk berusaha agar manusia tidak banyak berbuat kerusakan.” (Q.S. Asy-Syuara ayat 27)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari penjelasan makalah kami, dapat dsimpulkan bahwa etos kerja adalah semangat untuk bekerja dalam artian kita wajib bekerja keras tidak boleh bermalas-malasan, kita bekerja disesuaikan dengan bakat dan kemampuan sehingga manusia harus menggunakan potensi yang ada pada dirinya, dengan bekerja keras kita akan mendapat rizki yang baik.
Kita kerja mancakup segala bentuk amalan/pekerjaan yang mempunyai unsure kebaikan dan keberkahan bagi diri, keluarga dan masyarakat serta Negara.
Alangkah baiknya kalau umat islam sekarang dapat menjalankan semua aktivitasnya dan bekerja dengan tekun dan mempunyai tujuan satu yaitu mardatillah (keridhaan Allah) itulah yang dicari dalam semua urusan
Kesungguhan bekerja juga dalam islam dapat dikategorikan dalam ibadah artinya aktivitas kerja dalam pandangan Allah merupakan bagian ibadah tidak hanya mendapatkan keuntungan tetapi pahala juga disisi Allah SWT.
Islam juga mengatakan bahwasanya kita diperintahkan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan tangan sendiri selagi kita masih mampu dan sehat. Oleh karena itu manusia tidak hanya bekerja tetapi usaha juga perlu disertai do’a agar cita-cita dan impian kita dapat terlaksanakan dan selalu mendapat ridho-Nya.
B. SARAN
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
The best casinos that use slot machines
BalasHapusSlot machines, or video poker machines as they are referred to, 슬롯머신무료 are extremely 브라 밝기조절 popular and many people play 슬롯 가입 쿠폰 for 비트코인갤러리 money, but only a 망고 도메인 handful of high-end slot games can be