Welcome To http://www.cerminan hati al-insan.blogspot.com/ Semoga Bermanfaat.

Jumat, 20 Januari 2012

Asfiksia Neonatorum

1.    PENGERTIAN ASFIKSIA NEONATORUM
Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang mungkin timbul. (Wiknjosastro, 1999)

2.    PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM
Beberapa kondisi tertentu pada ibu hamil dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah uteroplasenter sehingga pasokan oksigen ke bayi menjadi berkurang. Hipoksia bayi di dalam rahim ditunjukkan dengan gawat janin yang dapat berlanjut menjadi asfiksia bayi baru lahir.
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir, diantaranya adalah faktor ibu, tali pusat clan bayi berikut ini:
1.    Faktor ibu
•    Preeklampsia dan eklampsia
•    Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
•    Partus lama atau partus macet
•    Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
•    Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
2.    Faktor Tali Pusat
•    Lilitan tali pusat
•    Tali pusat pendek
•    Simpul tali pusat
•    Prolapsus tali pusat
3.    Faktor Bayi
•    Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
•    Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum, ekstraksi forsep)
•    Kelainan bawaan (kongenital)
•    Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
Penolong persalinan harus mengetahui faktor-faktor resiko yang berpotensi untuk menimbulkan asfiksia. Apabila ditemukan adanya faktor risiko tersebut maka hal itu harus dibicarakan dengan ibu dan keluarganya tentang kemungkinan perlunya tindakan resusitasi. Akan tetapi, adakalanya faktor risiko menjadi sulit dikenali atau (sepengetahuan penolong) tidak dijumpai tetapi asfiksia tetap terjadi. Oleh karena itu, penolong harus selalu siap melakukan resusitasi bayi pada setiap pertolongan persalinan.

3.    PATOGENESIS
a.    Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah rangsangan terhadap nesofagus sehingga jantung janin menjadi lambat. Bola kekurangan O2 ini terus berlangsung, maka nesofagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan dari nefo simfatikus. Djj menjadi lebih cepat akhirnya irregular dan menghilang.
b.    Kekurangan O2 juga merangsang usus, sehingga mekonium keluar sebagai tanda janin dalam hipoksia :
•    Jika Djj normal dan ada mekonium maka janin mulai hipoksia.
•    Jika Djj > 160 x/ menit dan ada mekonium maka janin sedang hipoksia.
•    Jika Djj < style > / menit dan ada mekonium maka janin dalam keadaan gawat.
c.    Janin akan mengadakan pernafasan intra uterine dan bila kita periksa terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru. Bronfus tersumbat dan terjadi atelekrasis bila janin lahir aveoli tidak berkembang.

4.    TANDA DAN GEJALA KLINIS
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya :
1.    Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2.    Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3.    Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.

5.    GEJALA KLINIS
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki periode apnue primer.
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :
1.    Pernafasan megap-magap dalam
2.    Denyut jantung terus menurun
3.    Tekanan darah mulai menurun
4.    Bayi terlihat lemas (flaccid)
5.    Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2)
6.    Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2)
7.    Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik)
8.    Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob
9.    Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular

6.    DIAGNOSIS
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia / hipoksia janin. Diagnosis anoksia / hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1.    Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya
2.    Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3.    Pemeriksaan pH darah janin
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai asfiksia. (Wiknjosastro, 1999)

7.    KLASIFIKASI KEPARAHAN ASFIKSIA
Pada kasus asfiksia ringan bayi dapat terkejut atau sangat waspada denan peningkatan tonus otot, makan dengan buruk, dan frekuensi pernafasan normal atau cepat. Temuan ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam sebelum sembuh secara spontan.
Pada kasus asfiksia sedang bayi dapat letargi dan mengalami kesulitan pemberian makan. Bayi dapat mengalami episode apnia kadang-kadang dan atau konvulsi selama beberapa hari. Masalah ini biasanya sembuh dalam satu minggu, tetapi masalah perkembangan saraf mungkin ada. Pada kasus asfiksia berat bayi dapat terkulai atau tidak sadar dan tidak makan. Konvulsi dapat terjadi selama beberapa hari dan episode apnia yang berat dan sering umumnya terjadi. Bayi dapat membaik selama beberapa minggu atau tidak dapat membaik sama sekali. Jika bayi ini dapat bertahan hidup mereka biasanya menderita kerusakan otak permanen.
a.    Jika asfiksia ringan
Jika bayi tidak mendapat oksigen ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi mendapat oksigen atau sebaliknya, tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan metode pemberian makan alternatif.
b.    Jika asfiksia sedang atau berat
Pasang selang IV dan berikan hanya cairan IV selama 12 jam pertama.
•    batasi volume cairan sampai 60 ml/kg BB selama hari pertama dan pantau haluaran urin.
•    Jika bayi berkemih kurang dari 6 kali/hari atau tidak menghasilkan urin jangan meningkatkan volume cairan pada hari berikutnya, ketika jumlah urin mulai meningkat tingkatkan volume cairan IV harian sesuai dengan kemajuan volume cairan. Tanpa memperhatikan usia bayi yaitu untuk bayi yang berusia 4 hari, lanjutkan dari 60 ml/kg sampai 80 ml/kg sampai 100 ml/kg jangan langsung 120 ml/kg pada hari pertama. Ketika konvulsi terkendali dan bayi menunjukan tanda-tanda peningkatan respon. Ijinkan bayi mulai menyusui. Jika bayi tidak dapat menyusui berikan perasan ASI dengan menggunakan metode pemberian makan alternatif. Berikan perawatan berkelanjutan

8.    KASUS DAN CARA PENANGANAN
Tadi malam kira-kira jam 21.00, datang ibu hamil dari desa Botolempangan dengan diagnosis G4P3A0, nama C****, umur ibu 41 tahun, impartu kala I pembukaan kira-kira 8-9 cm, saya hanya berpikir ibu resti lagi!. Bidan udah standby kalau ada apa-apa langsung panggil saja, soalnya saya tinggal di kompleks puskesmas manipi yang notabene merupakan Puskesmas PONED katanya karena sudah dilatih.
Kira-kira satu jam kemudian bayi lahir dengan asfiksia dan ketuban bercampur mekonium….wah gawat, saya langsung ke ruang KIA. Dan benar aja bayi udah megap-megap karena kebanyakan lendir di mulut, hidung dan tenggorokan dengan meconium diwajah dan dibadan (kayaknya nelan lendir dan meconium nih). Dengan menilai sekilas APGAR Scorenya kira-kira 4-5 (Asfiksia Sedang). Dengan Prosedur Standard membersihkan jalan napas dengan suction dan merangsang pernapasan dengan memijat halus dada dan anggota gerak bayi dan sekaligus menghangatkannya dan Alhamdulilah bayi mulai memerah dan menangis.
Kasus-kasus kebidanan seperti ini menjadi hal biasa ditempat kami karena jauhnya rumah sakit dan cuma puskesmas satu-satunya yang bisa diharapkan untuk memberikan pelayanan lebih dari sekedar puskesmas perawatan

1 komentar:

  1. Coba hub dr eliza semoga beliau bisa membantu ini no wa ny: 0822-6961-4664

    BalasHapus