BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Protein plasma terdiri dari albumin, fraksi-fraksi globulin, fibrinogen (faktor pembekuan darah), dan anti bodi yang sering disebut imunoglobin. Albumin dalam bidang klinik sangat berperan dalam mempertahankan tekanan osmotik intravaskular dalam mencegah terjadinya oedema. Tekanan osmotik intravaskular selalu lebih tinggi 18 mmHg dibandingkan dengan ekstravaskular yang disebut dengan tekanan onkotik. Disamping protein, plasma sebagai antioedema juga berperan dalam pengangkutan materi, seperti asam lemak bebas, bilirubin, da obat-obatan tertentu. Globulin tertentu berperan sebagai antibodi dan membantu proses pembekuan darah karena faktor-faktor pembekuan darah tergolong globulin, seperti fibrinogen dan protrombin.
Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. 55% dari jumlah/volume darah merupakan plasma darah. Volume plasma darah terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi.
Plasma darah dapat dipisahkan di dalam sebuah tuba berisi darah segar yang telah dibubuhi zat anti-koagulan yang kemudian diputar sentrifugal sampai sel darah merah jatuh ke dasar tuba, sel darah putih akan berada di atasnya dan membentuk lapisan buffy coat, plasma darah berada di atas lapisan tersebut dengan kepadatan sekitar 1025 kg/m3, or 1.025 kg/l. Serum darah adalah plasma tanpa fibrinogen, sel dan faktor koagulasi lainnya. Fibrinogen menempati 4% alokasi protein dalam plasma dan merupakan faktor penting dalam proses pembekuan darah.
Plasmapheresis adalah jenis terapi medis yang menyuling (en:extraction) plasma darah keluar dari kumpulan partikelnya untuk diolah lebih lanjut dan memasukkan kembali plasma darah tersebut pada akhir terapi.
B. Kajian Perpustakaan
Kadar protein plasma total pada orang dewasa normal berkisar 7 – 7,5 g/100ml. 3 golongan besar protein plasma yaitu : fibrinogen , albumin dan globulin. Sedangkan protein serum ada 2 yaitu : albumin dan globulin.
Yang termasuk globulin dan glikoprotein diantaranya :
a. Mukoprotein dan glikoprotein
b. Lipoprotein
c. Metal biding protein
d. Gamma globulin atau immunoglobulin (lg) yang dibagi : IgA, IgG, IgM, IgD dan IgE.
Protein plasma terdiri dari :
a. Albumin
Albumin adalah protein yang ada dalah darah yang diperlukan oleh tubuh untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Selama proses dialysis, albumin dalam darah membantu pembuangan cairan dengan cara menarik cairan yang berlebih dalam jaringan kembali ke dalam darah untuk kemudian disaring oleh ginjal buatan (dialyzer).
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative dari National Kidney Foundation merekomendasikan level albumin sama dengan atau lebih tinggi dari 4.0 g/dl.
Makanan dari hewani seperti daging sapi, ikan, ayam, telur, susu mengandung kandungan protein tingkat tinggi. Sedangkan kacang – kacangan, sayur – sayuran mempunyai tingkat kandungan protein lebih rendah.
Beberapa jenis makanan yang mengadung protein seperti susu, yogurt, keju, kacang – kacangan dibatasi dalam konsumsinya untuk pasien dialysis karena mengandung kadar kalium dan phospat yang tinggi.
Apakah ada penyebab lain kekurangan kadar albumin dalam darah selain kurangnya konsumsi makanan yang berprotein tinggi?
Peradangan dan infeksi dapat menyebabkan kadar albumin turun. Infeksi kandung kemih, infeksi pada akses merupakan beberapa contoh yang dapat menurunkan kadar albumin. Sedangkan untuk jenis peradangan adalah arthritis dan Lupus. Selain masalah pada liver dan metabolic acidosis juga dapat menunrunkan kadar albumin dalam darah.
Apa yang harus dilakukan untuk menjaga kecukupan kadar albumin?
• Mencari tahu dan kemudian menkonsumsi makanan yang mengandung kadar protein tinggi sesuai dengan rekomendasi dari ahli gizi.
• Hindari hal – hal yang dapat menyebabkan infeksi ( hindari menggaruk, menjaga akses vaskular tetap bersih , dan lain – lain)
• Beritahu tim medis apabila dirasakan terdapat bagian tubuh yang terkena infeksi
• Periksakan kadar albumin secara berkala per bulan.
b. Globulin
Globulin adalah salah satu dari tiga jenis protein serum, yang lainnya adalah albumin dan fibrinogen. Beberapa globulin diproduksi di hati, sementara yang lain dibuat oleh sistem kekebalan tubuh. Globulin Istilah meliputi kelompok heterogen protein dengan berat molekul tinggi khas, dan kedua kelarutan dan tingkat migrasi elektroforesis lebih rendah daripada albumin. Konsentrasi yang normal dalam darah adalah 2,2-3,9 g / dl.
Kadang-kadang digunakan secara sinonim dengan protein globular. Namun, albumin juga protein globular, tetapi tidak seorang globulin. Semua protein lain globular serum globulin.
Berfungsi untuk membentuk protrombin dan antibodi (serum darah)
c. Fibrinogen
Fibrinogen (bahasa Inggris: fibrinogen, factor I) adalah salah satu protein yang disintesis oleh hati yang merupakan reaktan fase akut[1] berbentuk globulin beta.[2] Protein ini berguna untuk membantu proses hemostasis dengan menstimulasi pembentukan trombus. Rasio plasma normal dari fibrinogen berkisar antara 200-400 miligram per desiliter (mg/dL)
Fungsi Protein Plasma
Fungsi dari Protein plasma berperan dalam pertukaran cairan , sebagai buffer darah, sebagai cadangan protein badan, sedangkan peranan yang lain adalah pengangkut bahan yang larut dalam lemak, misalnya hormon, obat –batan, lemak, dan vitamin yang larut dalam lemak, anti bodi dan lain – lain. Protein plasma dapat mengalami perubahan – perubahan dengan adanya penyakit baik yang diturunkan maupun bukan
C. Harapan
Dari pembelajaran kita mengenai Protein Plasma ini, maka penulis mengharapkan agar kita semua mengetahui Pembagian dari Protein Plasma dan serta fungsinya. Dan diharapkan bisa bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kondisi awal
Hal yang pertama sekali akan terjadi ialah :
• Kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik )
• Kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar )
Luka bakar dapat disebabkan oleh banyak hal:
1. Panas (misal api, air panas, uap panas)
2. Radiasi
3. Listrik
4. Kimia
5. Laser
Bahan kimia chemicals yang dapat menyebabkan luka bakar adalah Asam kuat atau basa kuat acids atau bases. Luka bakar akibat bahan kimia umumnya disebabkan karena sifat kimiawi bahan tersebut yang tajam dan dapat membakar kulit, seperti [sodium hidroksida]], silver nitrate, dan bahan kimia berbahaya lainnya (seperti asam sulfur ataupun asam nitrat). Asam hidroflorik dapat menyebabkan kerusakan tulang, namun jenis kerusakan yang terjadi sulit dibuktikan
• Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi )
B. Tindak Lanjut
1. Sindron
Pengobatan sindroma nefrotik hanya bersifat simptomatik, untuk mengurangi atau menghilangkan proteinuria dan memperbaiki keadaan hipoalbuminemia, mencegah dan mengatasi komplikasinya, yaitu:
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit.
2. Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 g/kgbb/hari, dengan garam minimal bila edema masih berat. Bila edema berkurang dapat diberi garam sedikit
3. Dengan antibiotik bila ada infeksi.
4. Diuretikum
5. Kortikosteroid
International Cooperative Study of Kidney Disease in Children (ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai berikut :
a. Selama 28 hari prednison diberikan peroral dengan dosis 60 mg/hari/luas permukaan badan (lpb) dengan maximum 80 mg/hari.
b. Kemudian dilanjutkan dengan prednison peroral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam 1 minggu dengan dosis maximum 60 mg/hari. Bila terdapat respons, maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermiten selam 4 minggu.
c. Tapering-off: prednison berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30mg, 20mg, 10mg sampai akhirnya dihentikan
6. Lain-lain
Pungsi asites, pungsi hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital. Bila ada gagal jantung, diberikan digitalis
2. Luka bakar
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis
3. Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi )
1. Penyuluhan pada masyarakat mengenai pola makan dan gizi seimbang (perbandingan yang sesuai antara jumlah karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral berdasarkan umur dan berat badan).
2. Pemantauan tumbuh kembang dan penentuan status gizi secara berkala (sebulan sekali pada tahun pertama).
3. Dari segi faktor sosial: mencari kemungkinan adanya pantangan untuk menggunakan bahan makanan tertentu yang sudah berlangsung turun-temurun yang dapat menyebabkan terjadinya gizi buruk.
4. Dari segi faktor ekonomi: kemiskinan tetap menjadi masalah utama yang butuh jalan keluar. Tetap harus ditekankan perlunya bahan makanan yang bergizi di samping kuantitasnya.
5. Mencegah terjadinya infeksi. Infeksi derajat apapun dapat memperburuk status gizi.Malnutrisis energi protein, walaupun dalam derajat ringan, menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kadar protein plasma total pada orang dewasa normal berkisar 7 – 7,5 g/100ml.
2. 3 golongan besar protein plasma yaitu : fibrinogen , albumin dan globulin.
3. Protein serum ada 2 yaitu : albumin dan globulin
4. Hal yang pertama sekali akan terjadi ialah :
• Kehilangan protein dari ginjal ( penyakit sindrom nefrotik )
• Kehilangan protein melalui kulit ( luka bakar )
• Produksi protein darah dihati terganggu ( penyakit hati, kekurangan gizi )
B. Saran
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Panil, Zulbadar. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis. Jakarta : Buku Kedokteran ECG, 2008.
Hidayat, Boerhan., dkk. 2006. Pedoman Diagnosa dan Terapi: Kurang Energi Protein (KEP). Surabaya: Bag./SMF IKA FK Unair/Dr.Sutomo.
Ngastiyah, Sindrom Nefrotik, dalam buku Perawatan Anak Sakit, Jakarta, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar