Welcome To http://www.cerminan hati al-insan.blogspot.com/ Semoga Bermanfaat.

Selasa, 12 Juni 2012

Seks Abnormal

BAB I
PENDAHULUAN
Tingkah laku abnormal/menyimpang adalah tingkah laku yang tidak serasi/tepat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai norma sosial yang ada.
Perilaku abnormalitas seks sangat berkaitan dengan adiksi, perilaku ini biasanya juga didorong karena adanya faktor dari pemakaian drugs, yang menyebabkan si pecandu memiliki kecenderungan melakukan perilaku ini.
Faktor dari jenis-jenis drugs yang berbeda juga dapat menyebabkan abnormalitas seks, misalnya jenis drugs uppers yang dapat meningkatkan dorongan seksual yang lebih tinggi. Sehingga seringkali mereka tidak menyadari tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan hanya untuk memenuhi dorongan seks itu.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    SEKS ABNORMAL
Tingkah laku normal ialah tingkah laku yang adekwat (serasi, tepat) yang bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya. Tingkah laku pribadi yang normal ialah perilaku yang sesuai dengan pola kelompok masyarakat tempat dimana ia berada; sesuai pula dengan norma-norma sosial yang berlaku pada saat dan tempat itu, sehingga tercapai relasi personal dan interpersonal yang memuaskan.
Tingkah laku abnormal/menyimpang adalah tingkah laku yang tidak serasi/tepat, tidak bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, dan tidak sesuai norma sosial yang ada.
Sedangkan seks normal adalah baik pria maupun wanita harus menyadari, relasi seksual itu sebaiknya dilakukan dalam batas-batas norma etis/ susila, sesuai dengan norma-norma masyarakat dan agama , demi menjamin kebahagiaan pribadi dan ketentraman masyarakat.
Abnormalitas seks yang disebabkan oleh dorongan seksual, misalnya:
•    Prostitusi atau pelacuran
•    Promiskuitas (hubungan seks secara bebas yang didorong oleh nafsu-nafsu seks saja)
•    Perzinahan
•    Perkosaan
•    Kebekuan seks
•    Impotensi
•    Ejakulasi dini
•    Pembuangan sperma yang terlalu cepat
•    Ejakulasi namun tanpa mengalami puncak kepuasan/orgasme seksual saja
Abnormalitas seks dengan cara-cara yang abnormal dalam pemuasan dorongan seksualnya, misalnya:
•    Onani atau masturbasi
•    Sadisme
•    Masokhisme dan sadomasokhisme

B.    PERILAKU ABNORMALITAS SEKS BERHUBUNGAN DENGAN ADIKSI
Perilaku abnormalitas seks sangat berkaitan dengan adiksi, perilaku ini biasanya juga didorong karena adanya faktor dari pemakaian drugs, yang menyebabkan si pecandu memiliki kecenderungan melakukan perilaku ini.
Pecandu suka dengan ketegangan/tantangan yang dapat memancing adrenalin dan juga "bereksperimen" dengan perilaku-perilaku abnormal, termasuk melakukan kekerasan di dalam berhubungan seks. Seperti; sadisme, masokhisme, sadomasokhisme, dst.
Biasanya, untuk memenuhi kebutuhan drugsnya pecandu melakukan prostitusi atau berhubungan seks dengan bandar, orang asing, bahkan temannya sendiri untuk mendapatkan drugs. Ditambah dengan gaya hidup seks bebas yang mendorong tindakan-tindakan abnormalitas seks.
Faktor dari jenis-jenis drugs yang berbeda juga dapat menyebabkan abnormalitas seks, misalnya jenis drugs uppers yang dapat meningkatkan dorongan seksual yang lebih tinggi. Sehingga seringkali mereka tidak menyadari tindakan-tindakan yang telah mereka lakukan hanya untuk memenuhi dorongan seks itu.
Sedangkan jenis drugs downers dapat menurunkan dorongan seksual, maka dari itu biasanya untuk menaikkan dorongan itu pecandu menggunakan drugs jenis uppers.
C.    SADOMASOKIS (SALAH SATU SEKS ABNORMAL)
Menabur sakit menuai nikmat, itulah penderita penyimpangan perilaku seks sadomasokis. Penyimpangan seksual ini merupakan gabungan antara pola perilaku seks yang sadistik dan masokistik. Ciri utama dari sadomasokis adalah munculnya nafsu birahi melalui rasa sakit. Ini jelas berbeda dengan orang normal yang birahinya lenyap justru kalau sedang sakit.
Bagi penderita ini, rasa sakit merupakan pengalaman sensasional yang mendebarkan, merangsang dan membangkitkan libido seksual. Disebut sadomasokis karena ada dua pihak yang terlibat dalam perilaku seks aneh ini. Pihak sadis adalah pasangan yang memberikan rasa sakit atau hukuman, misalnya memukul dengan cemeti, mengikat dengan tali atau rantai, menyundut dengan rokok, dan sebagainya.
Sebaliknya, pihak masokis adalah orang yang menerima rasa sakit, penghinaan atau orang yang dikendalikan oleh pasangannya. Umumnya, pasangan seksual sadomasokis terjadi dalam konteks yang mirip hukuman atasan-bawahan, yang meniru interaksi antara tuan atau nyonya dengan budaknya, majikan dan pelayannya, guru dan murid, pemilik dan anjing atau kudanya, dan orang tua dengan anaknya.
Sadomasokis biasanya mengenakan pakaian kulit hitam atau karet. Beberapa pria gay dan heteroseksual terlibat dalam semacam sadomasokisme yang dikenal dengan nama leathersex dengan mengenakan rantai kunci atau sapu tangan berwarna melambangkan peran yang dimainkan.
Bila dia mengenakan kunci di bagian kiri menunjukkan bahwa orang tersebut berperan sebagai si sadis, dan pada sisi kanan menunjukkan bahwa orang ini lebih suka sebagai si masokis. Anehnya lagi, penderita sadomasokis suka bertukar peran. Kadang-kadang si A jadi si sadis, si B masokis. Tak lama kemudian pada kesempatan sama atau bnerbeda, mereka berganti peran; si A menjadi si B dan sebaliknya.
Dalam bentuk yang lebih lunak, tanpa kekejaman yang jelas atau hukuman badaniah, sikap dominan dan sikap tunduk bisa ditemukan pada banyak pasangan, atau mungkin merupakan elemen fantasi kehidupan.
Meskipun tindakan sadomasokistik dalam bentuk yang sangat ekstrim dapat membahayakan fisik maupun psikologis, kebanyakan orang yang terlibat dalam perilaku seperti ini melakukannya dan paham terhadap resiko serta menjaga batas-batas yang telah ditentukan secara hati-hati. Mereka biasanya sadar tindakan sadis apa yang bisa membahayakan sang masokis, partner seksnya.


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Abnormalitas seks yang disebabkan oleh dorongan seksual, misalnya:
•    Prostitusi atau pelacuran
•    Promiskuitas (hubungan seks secara bebas yang didorong oleh nafsu-nafsu seks saja)
•    Perzinahan
•    Perkosaan
•    Kebekuan seks
•    Impotensi
•    Ejakulasi dini
•    Pembuangan sperma yang terlalu cepat
•    Ejakulasi namun tanpa mengalami puncak kepuasan/orgasme seksual saja

B.    SARAN
Kami yakin dalam penyusunan makalah ini belum begitu sempurna karena kami dalam tahap belajar, maka dari itu kami berharap bagi kawan-kawan semua bisa memberi saran dan usul serta kritikan yang baik dan membangun sehingga makalah ini menjadi sederhana dan bermanfaat dan apabila ada kesalahan dan kejanggalan kami mohon maaf karena kami hanyalah hamba yang memiliki ilmu dan kemampuan yang terbatas.


DAFTAR PUSTAKA
Fausiah, Fitri. (2003). Bahan ajar mata kuliah psikologi abnormal (klinis dewasa). Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J, Grebb, Jack A. (2002). Sinopsis psikiatri ilmu pengetahuan psiatri klinis. Jakarta : Binarupa Aksara.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Greene, Beverly. (2002). Psikologi abnormal jilid dua edisi kelima. Jakarta : Erlangga
http://www.yakita.or.id
http://mahmudluthfi.blogspot.com/2010/05/seksual-abnormal.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar